Rabu, 04 Februari 2009

Belajar Matematika dalam kelompok

Mengajar matematika merupakan sesuatu yang baru.


Aku dipaksa banyak belajar dan bertanya tentang pengajaran matematika yang mengasyikkan bagi siswa-siswaku.


Syukurnya, aku mengajar di sebuah sekolah nasional plus yang memberikanku kemudahan dalam menyiapkan pelajaran.


Di kelas, aku memiliki seorang teaching partner dari New Zeland.


Bersamanya aku belajar banyak.


Kami mengawali semester dengan melakukan tes observasi awal (tes penempatan)


Berdasarkan hasil tes ini, kami mengelompokkan siswa berdasarkan kemampuannya tanpa memeberitahukan pada siswa dasar pertimbangan pengelompokan (agar siswa tidak stress).


Proses mengajar pun berdasarkan kelompok.


Diawal pelajaran, semua siswa duduk mendengarkan penjelasan guru ataupun bermain game sebentar.


Setelah itu, siswa melakukan kegiatan bersama kelompoknya (biasanya ada 3 kelompok). Satu kelompok dihandle 1 guru. Karena ada dua guru dalam 1 kelas, maka, hanya 1 kelompok yang mengerjakan tugas mandiri. Namun, bila di saat tertentu hanya ada 1 orang guru kelas, maka, hanya satu kelompok saja yang dihandle oleh guru, kelompok lainnya dapat mengerjakan tugas mandiri dan permainan matematika.

Kegiatan kelompok ini kemudian dirotasi, jadi, guru memiliki kesempatan untuk bertemu dengan setiap siswa di kelas. Siswa pun lebih menikmati kegiatan belajarnya, karena mereka mendapat kesempatan untuk bermain sekaligus belajar.

Di akhir semester, dilakukan tes kembali untuk melihat perkembangan kemampuan siswa.

ternyata, LUAR BIASA !

Tingkat kemampuan siswa meningkat. Jarak antara siswa yang memiliki tingkat lebih rendah dengan yang memiliki tingkat lebih tinggi dapat dipersempit. Siswa pun lebih enjoy dalam belajar.

Kamis, 22 Januari 2009

Rani takut item

Siang itu cuaca panaaaas banget. Rani ingin maen ke luar rumah.

"Pa, Rani boleh maen ke luar gak ?"

"Rani liat gak, di luar panas sekali. Kalo Rani maen di luar, nanti kulitnya jadi coklat, terus... lama-lama jadi item. Rani mau ?" jelas papanya.

"Coklat kaya' sapi di luar itu ya, Pa?" tanya Rani. Kebetulan di depan rumah Rani ada tanah lapang dan sapi-sapi sedang makan rumput.

"Ya," jawab papa sekenanya.

"Item kaya anjing yang di luar itu ya, Pa?" tanya Rani sambil menunjuk anjing item yang kebetulan lewat di depan rumah.



Sejak saat itu, bila matahari sedang bersinar terik Rani hanya bermain di rumah, tidak mau maen keluar, takut item.



Suatu hari, matahari sedang panas-panasnya. Ia melihat teman-temannya sedang asyik bermain di luar.

Rani langsung naik ke jendela dan berteriak, "Kak Adek, cepet masuk ! Jangan maen di luar, mataharinya panas, nanti item. Tu liat, sapi aja kulitnya coklat gara-gara terus panas-panasan!"

Rabu, 21 Januari 2009

Rani gak mau jadi guru

Aku punya seorang putri cantik bernama Rani. Waktu berumur sekitar 3 tahun, Rani memproklamirkan cita-citanya; "RANI MAU JADI GURU KAYA' MAMA".
Namun, beberapa minggu setelah Rani memproklamirkan cita-citanya, ia membatalkan keinginannya.
"Ma, Rani gak jadi mau jadi guru"
"Kenapa ?"
"Kalo jadi guru, Rani gak mau ngecat tembok rumah, takut kotor."
"Lo... Kok bisa?"
"Pokoknya..... Rani gak mau jadi guru".
Aku bingung dengan pembicaraannya. Apa hubungan antara jadi guru dengan ngecat tembok ?
Pelan-pelan aku selidiki.
ternyata......
Rani gak mau jadi guru, karena ia gak mau seperti Guru Yanto (Nama salah seorang tukang cat di rumah kami)
Akhirnya, aku klarifikasi lagi.
"Rani gak mau jadi guru gara-gara gak mau seperti Guru Yanto, ya ?"
"Iya Ma, Rani gak mau kotor"
"Guru Yanto itu bukan guru, tapi namanya saja guru"
"Kalo gitu, Rani mau jadi guru yang bukan ngecet tembok".

uang itu punya mama

Mama harus meninggalkanku ke kota untuk melanjutkan sekolah perawatnya. Mama tidak hanya kuliah di kota, tapi ia juga harus menjalani hidupnya sebagai perawat di sebuah rumah sakit pemerintah di Denpasar. Untuk itu juga mama harus hidup berpisah dengan papa, adik dan aku selama 3 tahun. Untungnya mama selalu menyempatkan diri untuk pulang dan bertemu kami di akhir minggu.

Suatu hari....

Uang mama benar-benar tipis, tinggal Rp 2000. Mama benar-benar bingung, mau diapakan uang ini. Kalau dipake makan, berarti besok gak bisa pulang ketemu anak suami. Kalau dipake bayar ongkos transport pulang, cuman cukup setengah perjalanan. Mama bener-bener bingung.



Malam itu, hujan turun cukup deras, tapi mama harus dinas malam. Maka mama memulai perjalanan dari tempat kos ke rumah sakit sekitar jam 7 malam. Mama harus menempuh perjalanan dengan jalan kaki sejauh sekitar 2 km. Mama melewati rumah-rumah penduduk yang kumuh, kebun pisang yang luas dan sepi.

Sepanjang perjalanan mama berkeluh kesah dengan Tuhannya. Bagaimana dengan hari esok, Tuhan. Uangku tinggal 2000, aku kangen keluargaku. Demi masa depan keluarga, aku rela berjalan ditengah malam, di bawah rintiknya hujan. Air mata mama meleleh keluar. Dalam hati mama yakin, Tuhan pasti mendengar keluh kesahnya dan segera memberikan yang terbaik untuk mama.

Doa mama terkabul. Mama melihat selembar uang kertas Rp 10.000 bersandar di pinggiran got. Mama berteriak dalam hati. Terima kasih Tuhan.....

Dengan susah payah mama menggapai uang itu, walau disebelah uang itu ada kotoran binatang. Mama tidak peduli, yang penting mama dapet uang untuk hidup besok.

Uang itu digenggamnya sangat erat. Mama lebih semangat melanjutkan perjalanannya ke rumah sakit.

Sampai di rumah sakit, mama langsung mencuci bersih uang itu dengan sabun antiseptik

Rabu, 14 Januari 2009

Kisah cinta (semakin ku cinta, semakin ku sakit)

Seorang ibu datang padaku. wajahnya terlihat kusut, lelah dan putus asa. Ia ceritakan semua perasaannya tentang suaminya padaku. Ia begitu mencintai suaminya. Namun, semakin ia mencintainya, semakin banyak rintangan yang harus ia hadapi.


Sejak pacaran, ia mendapat tantangan dari keluarga si calon suami. Namun akhirnya dengan susah payah ia dan calon suaminya mendapatkan restu dari keluarga si cowok untuk menikah.


Pernikahannya pun tak selamanya bahagia.


Demi cinta pada suami, ia lakukan semuanya. Ia bekerja banting tulang, sementara si suami hanya nongkrong-nongkrong selepas bekerja sebagai pegawai pemerintah. lelah yang ia rasakan, ia abaikan begitu saja, alasannya, semua itu karena ia begitu mencintai.


Karena merasa mendapat cinta yang luar biasa dari sang istri, si suami pun memanfaatkan kesempatan ini. ia semakin sering minta uang pada sang istri dan menggunakannya untuk judi. sang istri hanya bisa mengurut dada. segala keluh ia hapus dengan berkata pada dirinya, 'ini aku lakukan demi cintaku yang sangat besar pada si suami'.


seiring waktu berjalan, sampailah sang istri pada titik puncak dimana ia harus mengakhiri segalanya.


Ia awali dengan datang padaku, bicara padaku, dan berharap dapat solusi dariku.


Ia pun mengucapkan permintaannya padaku, 'tolong bantu, apa yang harus saya lakukan ? Saya gak mungkin cerai, anak saya sudah besar-besar'


aku terdiam. dalam hati aku hanya bisa membatin, 'Tuhan, tolong diberikan yang terbaik untuk ibu ini'


Dalam keheningan, sang ibu pun berkata,'mungkin, keadaan ini hanya bisa berakhir bila saya mati. tapi, saya takut bunuh diri' kata sang ibu dengan pasrah dan berlinang air mata.


akhirnya aku berkata.


Ibu, mintalah pada Tuhan. Jadikanlah Ia teman curhat ibu. Ungkapkan semua cerita ini kepadaNya, karena beliau pasti punya rencana untuk ibu. Berdoalah setiap hari tanpa putus selama 45 hari. Saya yakin, di hari ke-45 pasti Tuhan memberi jawaban. Tapi, saya tidak tahu apa jawabanNya nanti.